Jumat, 08 Februari 2008

TENTANG LCD PROJECTOR

Proyektor LCD
Proyektor, Desain & Teknologinya

Tak seperti beberapa tahun lalu, saat proyektor hanya berpelengkapan lensa, lampu penyorot, dan kipas pendingin saja, alat penampil gambar di dinding kini semakin penuh fitur pendukung dan mudah untuk digunakan. Bodinya melangsing, berbeda dan wujudnya sepuluh tahun lalu yang berbobot lebih dari lima kilogram. Bahkan, sekarang Anda bisa menampilkan presentasi tanpa harus terhubung ke PC.
Data presentasi cukup disimpan di peranti simpan portabel saja. Selain kedua fitur tadi, masih banyak lagi teknologi baru sebagai fitur pendukung proyektor. Ada yang terinstal secara built-in, ada pula yang bisa ditambahkan dengan mencolokkan peranti tambahan. Walau demikian, kualitas sorotan tetaplah hal utama yang perlu kita pertimbangkan dari sebuah proyektor.
DESAIN Semakin Mungil Sebagal contoh perkembangan desain proyektor, mari tengok InFocus LP570. Pemroyeksi gambar berteknologi LCD dengan 300 ANSI Lumens, yang dirilis tahun 1996, ini beratnya 8,6 kilogram. Menentengnya ke tempat presentasi tentu sangat menyiksa. Bandingkan dengan InFocus keluaran 2005, seri LP12O. Peranti tenteng mungil ini berkekuatan 1.000 ANSI Lumens, dan hanya memiliki bobot 0,9 kilogram saja. Berkat perkembangan lensa yang semakin mini dan penggunaan bahan plastik untuk bodi serta komponennya, badan peranti menjadi jauh lebih ringan.
Proyektor terkini rata-rata ber-bobot 2 — 3 kilogram. Selain keluaran InFocus tadi, yang kurang dari satu kilogram di antaranya NEC LT2OE dan ASK Proxima M1. Bahkan, Toshiba FF1 hanya berberat setengah kilogram. Tak hanya itu, proyektor DLP dengan 400 ANSI Lumens mi memakai baterai sebagai sumber energi. Modis & Simpel Terwujud atau tidak, prototipe proyektor genggam sudah ada. Bahkan, lebih dan satu prototipe.

Salah satunya adalah hasil pengembangan Upstream Engineering Inc yang berenergi baterai biasa, dan bisa masuk kantong. Meski perkiraan kekuatan cahayanya masih rendah, menurut sang pembuat, cukup bagus dalam memproyeksi gambar. Ini jelas merupakan penanda bahwa wujud proyektor bakal semakin simpel. Lebih dari itu, desainnya juga bisa kian modis. Jika dahulu pemroyeksi cenderung berbentuk kotak dan kaku, bahkan ada yang boleh dibilang “tak keruan” (lihat gambar InFocus LP570), kini proyektor tetap kotak, namun lebih ergonomis. Sudut-sudutnya melengkung. Ada pula yang bergaya futuristik, seperti Optoma DV-10, yang berwujud setengah bundar, agak tambun, namun bertampilan menarik. InFocus pun sebentar lagi menus proyektor khusus untuk home cinema dengan desain bundar. Berbalut warna hitam, sekilas mirip perlengkapan para kru pesawat luar angkasa di film tar Trek. PROYEKSI Tingkat Pencahayaan Besaran pencahayaan atara ANSI Lumens mestinya tetap menjadi pertimbangan utama dalam memilih proyektor. Maklum, nilainya menentukan seberapa terang sorotan.
Proyektor berkekuatan cahaya kecil bukannya tak bisa tajam atau kurang bagus, namun jenis ini akan kesulitan memantulkan cahaya di ruangan yang terang, dan mensyaratkan kamar gelap. Repotnya, jika ruangan gelap, maka peserta presentasi akan kesulitan membaca dan menulis catatan. Semakin terang ruangan, maka kekuatan cahaya harus lebih tinggi.
Teknologi proyektor terbaru kini rata-rata berkekuatan lebih dan 5.000 ANSI Lumens. Salah satunya adalah proyektor Epson Powerlite 8300i dengan kemampuan 5.200 ANSI Lumens. Ada pula yang mencapai 12.000 ANSI Lumens, cocok untuk proyeksi gambar di auditorium dengan cahaya yang terang sekali pun. Teknologi Proyeksi Proyektor LCD dan DLP Proyektor yang ada di pasaran saat ini menggunakan dua jenis teknologi: LCD (Liquid Crystal Display) dan DLP (Digital Light Processing). Keduanya memiliki keunggulan tersendiri. Yang LCD paling banyak tersedia. Teknologi ini memungkinkan cahaya yang dihasilkan lebih efisien. Maksudnya, dengan daya listrik yang sama, sorotan proyektor LCD lebih terang dibanding jenis DLP. Saturasi warna hasilnya pun lebih baik, begitu pula ketajamannya. Hanya saja, jenis proyektor ini punya kelemahan, yang disebut ‘chicken wire effect’. Ini adalah efek gambar yang terlihat terkotak-kotak, akibat pixel yang tidak rapat. Berbeda dengan DLP yang terlihat halus, karena pixelnya berdekatan. Wujud proyektor LCD umumnya besar. Selain itu, berisiko terkena penyakit dead pixel atau pixel mati, yang bakal mengganggu tampilan secara permanen.
Proyektor DLP memiliki kontras gambar yang lebih bagus. Selain itu, umumnya lebih portabel dan ringan. Penyebab proyektor LCD bertubuh tambun adalah terlalu banyaknya komponen di dalamnya. Jeroannya terdiri dan tiga panel kaca LCD, yang masing-masing berfungsi untuk menyalurkan cahaya merah, hijau, dan biru. Ketika cahaya melalui panel LCD, sistem akan menentukan aktivitas setiap pixel: terbuka atau tertutup. Aktivitas ini akan memodulasi cahaya dan menghasilkan pantulan gambar. Proyektor LCD teranyar telah dilengkapi optik khusus untuk memacu kualitas proyeksi, seperti cermin mikro yang dapat mengurangi efek kotak kotak hasil proyeksi. Rasio kontras proyektor LCD umumnya 800:1, atau setara dengan 3000:1 rasio kontras di teknologi DLP. Sistem teknologi DLP berbeda jauh dengan LCD. Teknologi proyeksi digital ini dikembangkan oleh vendor TI bernama Texas Instruments (www.ti.com). Sekarang, sistem ini terbagi dua jenis: satu chip dan tiga chip. Yang banyak beredar di pasaran adalah yang pertama, namun jenis kedua memiliki kualitas proyeksi yang jauh lebih bagus. Sistem DLP menggunakan semikonduktor bernama Digital Mirror Device (DMD), yang terdiri dan ribuan cermin mikro di dalamnya. Cermin-cermin ini akan menarik sumber gambar ke dalam sistem. Di dalam peranti, obyek tersebut dibuat ulang secara digital, baru kemudian diproyeksikan ke layar.

Resolusi Masing-masing proyektor mémiliki resolusi proyeksi yang berbeda-beda. Semakin besar resolusinya, maka ukuran proyeksinya semakin luas. Anda bisa melihat besar proyeksi dengan melihat jenis panel resolusi proyektor tersebut. Umumnya, proyektor terkini memakai jenis panel SVGA, XGA, dan SXGA. Detilnya bisa Anda lihat pada tabel Resolusi. Koreksi Keystone & Aspect Ratio Kedua komponen ini akan terasa sangat penting untuk membuat pantulan gambar di layar lebih nyaman dipandang. Keystoning adalah proses memperbaiki sudut-sudut proyeksi yang kadang melenceng, akibat salah posisi antara proyektor dengan layar. Dahulu, keystoning dilakukan secara manual, dan sungguh sulit. Bahkan, untuk mendapatkan bentuk layar proyeksi yang proporsional, proyektor harus diletakkan jauh dan layar. Teknologi proyektor terkini memungkinkan proses perbaikan hanya dengan menekan satu tombol saja. Ada pula proyektor yang memberikan fasilitas koreksi posisi secara otomatis. Infocus seri LP600 adalah salah satunya. Jika posisi peranti dibalik, misalnya digantung di langit-langit, layar proyeksi secara otomatis membalik gambar obyek. Apa pula aspect ratio? Faktor inilah yang menentukan komposisi panjang dan lebar hasil proyeksi. Ada dua jenis aspect ratio yang sering digunakan: 4:3 dan 16:9. Masing-masing berbeda penggunaan-nya. Aspect ratio 16:9 sangat tepat digunakan untuk menonton film berformat layar lebar, karena Iayarnya akan memanjang secara horizontal. Ukuran 4:3 adalah yang terbaik untuk menayangkan presentasi bisnis. PENDUKUNG Ragam Port Port koneksi di bagian belakang badan proyektor kini semakin banyak jenisnya. Tidak hanya koneksi VGA dan S-Video saja yang tersedia. Koneksi DVI (Digital Video Interface) yang mulai menanjak popularitasnya juga umum berada di sana. DVI merupakan yang tercepat untuk mentransfer data dan video dibanding port koneksi yang ada sekarang. Dengan interface 24 bit digital RGB, teknologi ini mampu memantulkan resolusi komputer 1.600 x 1.200 (UXGA). Koneksi seperti HDCP (High Dependability Computing Project), USB, dan FireWire pun makin sering terlihat. Artinya, jenis peranti yang bisa disambungkan ke proyektor kian banyak. Anda tinggal pilih koneksi yang sesual dengan peranti yang ada. Koneksi Nirkabel Berkat teknologi Wi-Fi, proyektor pun kini bisa tersambung secara nirkabel. Umumnya fasilitas ni belum terinstal secara built-in. Proyektor HP mp3135 adalah salah satu yang menyediakan fasilitas ini. Agar dapat tersambung ke jaringan nirkabel, Anda perlu membeli dan memasangkan kartu nirkabel ke slot yang tersedia. Sebenarnya, ini adalah teknologi yang masih mahal untuk kelas proyektor. Jika ingin yang murah, ada produk lain yang menyediakan koneksi secara kabel, dengan menyediakan port Ethernet di belakangnya. Colokan USB Memproyeksikan gambar tanpa terhubung ke PC atau peranti lain sebenarnya bukan teknologi baru. Berkat koneksi USB, fasilitas ini kembali popular. Hanya dengan mencolokkan USB flash disk saja, presentasi langsung bisa dijalankan. Sekitar pertengahan 1990-an, beberapa merek proyektor pernah menyediakan slot floppy disk/disket dan micro drive ke badan peranti. Namun, karena dianggap tidak efisien, fasilitas ini tidak popular. Koneksi untuk USB flash disk memang menghilangkan fungsi notebook, sehingga peranti bawaan semakin berkurang. Namun, teknologi ini masih memiliki keterbatasan, karena hanya mampu menjalankan slide show dan gambar gambar digital, dan belum mampu menjalankan file presentasi secara langsung. Sebelumnya, file tersebut harus dikonversi menjadi gambar. Touch Screen Masih banyak fitur lain yang tersedia sebenarnya. Salah satu yang menarik adalah fitur Virtual Touch Screen yang ada di NEC WT 615. Ini membuat layar proyeksi seolah touch screen, yang bisa ditulisi dan diklik, seperti halnya layar PDA. Sayang, banyak fitur tambahan pada proyektor yang kurang popular, karena pengguna masih jarang yang memanfaatkannya. Maklum, kualitas sorotan dan ketajaman tetap menjadi pertimbangan yang utama. Untuk Anda, terserah mau pilih yang mana.

Cermat Memilih Proyektor
Ada lima komponen utama yang harus Anda pertimbangkan saat memilih proyektor. 1 Pencahayaan (brightness). Satuan ukurannya ANSI Lumens atau biasanya disebut dengan Lumens saja. Semakin besar Lumens, maka semakin terang gambar yang diproyeksikan. Semakin terang suatu ruangan, maka semakin tinggi tingkat Lumens yang dibutuhkan. Proyektor dengan kekuatan cahaya kecil hanya cocok untuk ruangan yang gelap. Proyektor terkini umumnya menawarkan kemampuan 1.000 sampal 1.200 ANSI Lumens. Jika ingin presentasi semakin nyaman dipandang dan tajam, pilih yang kekuatannya lebih dan itu. 2 Resolusi. Pengukuran resolusi proyektor sama dengan monitor PC. Semakin besar resolusi, tentunya semakin besar ukuran layar dan akan banyak yang bisa ditampilkan. Ukuran 800 x 600 adalah ukuran standar presentasi. Jika ingin memantulkan gambar atau animasi, pilihlah resolusi yang lebih tinggi dari itu. Ada tiga jenis panel resolusi proyektor yang umum tersedia saat ini: SVGA, XGA, dan SXGA. Yang pertama cocok untuk presentasi yang simpel. Untuk presentasi yang lebih kompleks dan layar yang lebih besar, pertimbangkan XGA. Untuk detil yang lebih tajam, pilih yang terakhir. 3 Rasio kontras. Contrast ratio berguna untuk mengukur bagian tergelap dan warna hitam, dan bagian paling terang dan warna putih yang terproyeksikan. Ukuran ini berfungsi untuk memperkirakan tingkat cahaya proyektor untuk semua jenis kondisi cahaya ruangan. Belum ada ukuran standar untuk rasio kontras yang pas, karena nilai kontras yang bagus dan setiap vendor berbeda-beda. Pertimbangkan nilai rasio kontras lebih dan 400:1 untuk mendapatkan detil gambar yang lebih baik. 4 Bobot.
Jika Anda bakal sering membawanya, pilih yang ringan. Kurang dari dua kilogram sudah cukup. Jika hanya untuk disimpan dalam ruangan rapat, yang berat namun berkekuatan tinggi pun sah-sah saja. 5 Fitur Kalau jaringan PC di kantor sudah tanpa kabel, peranti berfasilitas wireless layak dipilih agar ruangan tak lagi ruwet oleh kabel. Sebagai pendukung DVD player, cobalah fasilitas wide screen dengan aspect ratio 16:9.

Tidak ada komentar: